5 Tingkatan Memperbaiki Diri dalam Islam

Oleh: Khalila SKom, MSc,CHt, CHerbs.


Allah menciptakan manusia — laki-laki dan perempuan — untuk dua misi besar: beribadah dan menjadi khalifah. Maka, seorang muslimah yang sadar akan jati dirinya, akan terus memperbaiki diri agar mampu menjalankan amanah ini.

Memperbaiki diri adalah proses berkelanjutan untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Ini melibatkan upaya sadar untuk meningkatkan kualitas hidup dalam berbagai aspek, baik secara internal maupun eksternal. Memperbaiki diri bukan hanya tentang penampilan fisik, tetapi juga tentang perubahan cara berpikir, merasa, dan bertindak.

Dalam proses memperbaiki diri, seorang muslimah pasti akan melewati lima tingkatan memperbaiki diri. Dalam proses-proses ini akan ada aksi-aksi besar yang dilakukan, akan ada komitmen yang harus ditegakkan dan pastinya harus senantiasa membersamai Allah dan meluruskan niat hanya untuk mengharap ridha-Nya.

Adapun memperbaiki diri dalam Islam terbagi ke dalam lima tingkatan, dimulai dari yang terendah menuju puncaknya perbaikan diri:

1. Tingkatan Kesadaran (الإدراك / التصور)

“Aku sadar ada yang salah dalam diriku.”

Makna:

Kesadaran adalah awal dari perubahan. Tanpa sadar bahwa ada yang harus diperbaiki, seseorang tidak akan pernah memulai perjalanan hijrah atau perbaikan diri.

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا (٩) وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا (١٠)

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Ash-Syams: 9–10)

Kesadaran ini menuntut seseorang mengenali jiwanya: apakah sedang bersih atau kotor, lurus atau menyimpang.


2. Tingkatan Penyesalan & Muhasabah (الندم و المحاسبة)

“Aku menyesal, dan aku ingin berubah.”

Makna:

Ini adalah fase ketika hati mulai tergerak menyesali dosa atau luka yang diabaikan. Disertai dengan muhasabah (evaluasi diri) yang jujur.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.”
(QS. Al-Hasyr: 18)


3. Tingkatan Tekad dan Niat (النية و العزم)

“Aku benar-benar ingin berubah karena Allah.”

Makna:

Perubahan sejati tidak cukup dengan sadar dan menyesal, tapi harus dengan niat dan tekad yang ikhlas karena Allah. Niat adalah fondasi amal.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ


“Padahal mereka hanya diperintah untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.”
(QS. Al-Bayyinah: 5)


4. Tingkatan Aksi dan Mujahadah (العمل و المجاهدة)

“Aku mulai melatih diriku, meski sulit.”

Makna:

Setelah niat, harus ada tindakan nyata. Di sini seseorang bersungguh-sungguh (mujahadah) dalam memperbaiki akhlak, ibadah, dan pola hidup.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ


“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut: 69)


5. Tingkatan Kematangan Jiwa (تزكية النفس و الاطمئنان)

“Aku mulai tenang, dan perbaikanku jadi karakter.”

Makna:

Kebaikan menjadi kebiasaan yang stabil. Jiwa tenang, tidak mudah goyah. Ini adalah tanda bahwa perbaikan sudah menjadi bagian dari karakter.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (٢٧) ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً (٢٨)


“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.”(QS. Al-Fajr: 27–28)


Bonus: Tingkatan Kontribusi & Dakwah (الإصلاح و الدعوة)

“Aku ingin orang lain juga merasakan kebaikan ini.”

Makna:

Perbaikan diri yang sejati tidak egois. Ketika hati telah sehat, jiwa ingin memberi. Inilah puncak perbaikan: memberi manfaat.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا


“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal saleh…” (QS. Fussilat: 33)

06 Agustus 2025

DK.Elrahman

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *